Minggu, 27 Maret 2011

dosa-dosa besar

dosa-dosa besar


MENJAUHI DOSA-DOSA BESAR
Kode: 1.A5.14
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan mampu:
1.Nmengetahui apa saja yang termasuk kategori dosa-dosa besar dan bagaimana
hukumnya serta menyebutkan contoh-contohnya.
2. Menjauhi dosa-dosa besar dan segera bertaubat jika pernah melakukannya.
3. Membenci dosa-dosa besar dan mencegah orang lain melakukannya.
Titik Tekan Materi
Materi ini setidaknya menguraikan 5 dosa besar yang disebutkan oleh Rasulullah
saw. Yakni syirk, sihir, durhaka pada orang tua, sumpah palsu, dan lari dari medan
perang(desersi). Hukuman Allah yang berat terhadap para pelaku dosa besar.
Pokok-Pokok Materi
1. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabawi tentang dosa-dosa besar.
2. Bahaya syirk.
3. Bahaya sihir.
4. Bahaya durhaka pada orang tua.
5. Bahaya berpaling dari medan jihad.
6. Bahaya sumpah palsu.
Dalil-Dalil
Hadis-Hadits
“Tidakkah aku ceitakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka
menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah,
durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau selalu mengulang- ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’” (HR Bukhari Muslim).
“Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’” (HR Bukhari Muslim).
Definisi maksiyat (dosa) dan pembagiannya
1.
Maksiyat adalah ketidaktaatan baik mengerjakan hal-hal yang dilarang maupun
mengabaikan perintah.
2.
Maksiayat meliputi dua bagian, yakni maksiyat yang tergolong dosa besar
(kaba’ir) dan dosa kecil (shogho’ir).
1.
Kaba’ir adalah setiap dosa yang mengakibatkan hukuman di dunia atau diancam
oleh Allah dengan ancaman yang khusus di akhirat; mendapatkan adzab, laknat
dan kemarah-Nya. Sebagian ulama berpendapat, kaba’ir adalah dosa yang
dilakukan seseorang dengan menganggap enteng dan merasa bangga. Contoh
sebagaimana tercantum dalam hadits di atas.
2.
Shagha’ir adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan
tidak ada ancaman khusus di akhirat. Sebagian ulama berpendapat, shagha’ir
adalah dosa yang ditimbulkan oleh kelalaian dan pelakunya senantiasa menyesal
sehingga mengurangi rasa nikmatnya bermaksiyat.
“Diriwayatkan Abu Hurairah
bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti
dilakukannya: zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga mendengar, zina lisan
adalah berkata, zinanya tangan meraba, zinanya kaki melangkah, sedangkan zinanya hati
adalah menginginkan dan berangan-angan, kermudian farjilah yang membenarkan atau
mendustakannya’” (HR Muslim).
Diriwayatkan oleh Umar ibnu Abbas dan lainnya, mereka berkata, “Tidak ada dosa besar bila disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus- menerus”.
Sikap Muslim terhadap dosa adalah sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah
ibnu Mas’ud, “Seorang mu’min melihat dosanya seolah-olah ia berada pada kaki
gunung yang akan runtuh menimpanya, sedangkan orang durhaka (
al-fajr)
melihat dosanya sebagimana lalat hinggap pada hidungnya, kemudian ia
menghalaunnya.”
Enam macam dosa besar di antara dosa-dosa besar
1.
Syirik (menyekutukan Allah)
Syirik adalah menyamakan Allah dengan yang lain dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan-Nya.
Syirik dapat digolongkan menjadi dua macam: syirik besar (asy-syirku al-
akbar) dan syirik kecil (asy-syirku al-asghar).
Syririk Besar
Syirik akbar adalah syirik dalam beribadah dengan menjadikan tuhan-tuhan
selain Allah. Allah berfirman,
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi
peringatan bagi seluruh alam yang bagi-Nya kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak beranak
dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dialah yang menetapkan ukuran-ukurannya denan serapi-rapinya. Kemudian
mereka menjadikan tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak
menciptakan apapun, bahkan mereka itu diciptakan dan tidak mampu menolak kemadlartan
dari dirinya dan tidak mampu megambil kemanfaatan untuk dirinya, dan tidak kuasa
mamatikan, menghidupkan, dan tidak pula mampu membangkitkan” (QS Al-Furqan/25:1-3).
Fenomena syirik ibadah ini bisa dilihat, antara lain;
1.
Pemujaan dan do’a pada selain Allah seperti jin, berhala, taghut. Allah
menjelaskan perilaku mereka dalam firman-Nya,
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan mengikhlaskan
ibadah kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba
mereka kembali menyekutukan-Nya” (QS Al-Ankabut/29:65).
2.
Hidup tanpa tujuan dan merasa tenang, tenteram, dan ridla dengan kehidupan
dunia, tanpa mengingat akhirat sedikitpun. Allah berfirman, “Sesungguhnya orsang-
orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya) petemuan dengn Kami dan merasa puas
denan kehidupan dunia serta merasa tenteran dengan itu, dan orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka disaebabkan ulan mereka”.(QS
Yunus/10:7-8). “Allah menjelaskan perilaku orang-orang kafir, bahwa mereka itu berdsenang-
senang di dunia da\n mereka makan seperti makannya binatang ternak dan neraka adalah
tempat tinggal mereka” (QS Muhammad/47:12). Bahkan mereka berkata, ‘Apakah kami
setelah mati dan setelah menjadi tanah kami akan dibangkitkan lagi? Itu adalah
pengembalian yang tidak mungkin’” (QS Qaaf/50:3).
3.
Ketaatan secara mutlak kepada selain Allah. Allah berfirman, “Mereka
menjadikan orang alim dan rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan selain Allah”
(QS-Taubah/3:31).
Diriwayatkan, ketika Adi bin Hathib r.a. mendengarkan Rasulullah saw.
membaca ayat di atas, ia berkata, “Wahai rasulullah, kami dahulu tidak
pernah menyembah mereka”. Kemudian Nabi saw
, bersabda, “Bukankah
mereka menghalalkan untukmu apa yang diharamkan oleh Allah kemudian
kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untukmu apa yang
dihahalkan oleh Allah kemudian kamu mengharamkannya?” Ia menjawab,
“Memang ya”. Rasulullah bersabda, “Yang demikian itu berarti menyembah
mereka” (HR Tirmidzi).
4.
Menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah dengan mencintainya melebihi
kecintaannya kepada Allah. “Dan diantara manusia ada yang menyembah
tandingan-tandisngan selain Allah, merka mencintainya sebagimana mereka
mencintai Allah”(QS Al-Baqarah/2:165). Saebagian ulama menjelaskan andaad
(tandingan-tandingan) adalah apa saja yang bisa mencabut dari Islam, seperi
harta, pangkat, keluarga, dll. (Lihat juga QS At-Taubah/9: 24).
Akibat Syirik Besar
Syirik adalah kedzaliman yang paling besar, karena yang didzalimi adalah Allah
SWT. (QS Luqman/31:13). Akibat syirik sangat besar, yakni
1.
Tidak diampuni Allah SWT. “Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
sesuatu dengan Dia” (QS An-Nuisa/4:116).
2.
Haram masuk surga. “ Sesungguhnya barang siapa yang menyekutukan Allah
maka Allah mengharamkannya masuk surga, dan tempat kembalinya adalah
neraka” (QS Al-Maidah/5:72).
3.
Terhapusnya semua amal. “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelum kamu, ‘Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan hapuslah seluruh amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi” (QS Az-Zumar/39:65).
4.
Halal darah dan hartanya. (Hadits Arbain. . . . . . . . . . . . . .)
Syirik Kecil
Adapun syirik kecil yang bersifat batiniyah seperti riak (memperlihatkan amal), sum’ah (memperdengarkan amal), dan yang bersifat lahiriah anatara lain bersumpah dengan selain Allah, mengatakan ‘Jika dikehendaki oleh Allah dan kamu’, memakai jimat. Syirik kecil walaupun tidak menghilangkan keimanan seseorang, tetapi dapat amenggerogotinya sehingga semakin lama semakin
berkurang tanpa disadari.
Rasulullah bersabda, “Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di dalamnya,
maka amal itu diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan dengan Aku, sedangkan Aku
berlepas dirinya.” (HR Muslim).
1.
S ih i r
Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi
sehingga seolah-seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir
mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-ruh jahat dan syaithan).
Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan pertolongan. Allah
berfirman’
“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan
pada beberapa jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS Al-
Jin/72/:6).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya,
perdukunan (kahanah), peramalan (‘arrafah), mantera-mantera (ruqyah yang
terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat (telepati), jailangkung, dll.
Hukum sihir. Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena
mengaku-aku mengetahui yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang
ghaib itu hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga termasuk syirik terhadap
uluhiyatullah., karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan tertentu.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik” (HR Imam Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan untuk membuat seorang wanita mencintai suaminya.
Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,
“Dan mereka, orang-orang Yahudi dan ahli kitab mengikuti apa-apa yang dibaca oleh
syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), pada hal Sulaiman tidak kufur (mengerjakan sihir), tetapi syetan-syetan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir itu kepada manusia’ (QS Al-
Baqarah/2:102).
Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia
menjahui dan membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa besar.
Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia tukang sihir sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada masa kekhalifahannya, “Hendaknya kalian membunuh tukang-tukang sihir baik laki- laki maupun perempuan”.
Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw.
bersabda, “Tiga orang yang tidak masuk surga, yaitu peminum khamr, pemutus
silaturrahim, dan orang yang memebenarkan sihir” (HR Imam Ahmad).
Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah
mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Firman Allah, “Dan tidak akan
menang para tukang sihir itu dari mana ia datang”(QS Thaha/20:69).
2.
Durhaka Kepada Orang Tua
Allah berfirman,
“Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang yang berlipat-lipat dan menyapihnya dalam dua tahun. Besyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadak-Kulah tempat kembali” (QS Luqman/31:14).
Dalam ayat ini Allah merangkaikan bersyukur kepada kedua orang tua
dengan bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik
kepada kedua orang tua. Abdullah ibnu Abbas berkata, “Ada tiga ayat dalam Al-
Qur’an yang merangkaikan satu perintah dengan perintah yang lain, yang tidak
diterima tampa mengamalkan rangkaian tersebut, yaitu (1) ayat ‘taati Allah dan
taatilah Rasul’, Barang siapa yang mentaati Allah tetapi tidak mentaati Rasul,
maka tidak diterima; (2) ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat’. Barang siapa
yang menjalankan shalat tetapi tidak menjalankan zakat, maka tidak akan
diterima; dan (3) ‘Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu’. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur kepada
orang tua, maka tidak akan diterima’”.
Rasulullah saw. bersabda, “Ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua, dan
kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua” (HR Tirmidzi).
“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orang tua, orang mengungkit-
ungkit, dan peminum khamr” (HR Bukhari Muslim).
“Allah melaknat orang yang mengumpat bapaknya, Allah mencaci orang yang
mengumpat ibunya’ (HR Ibnu Hibban).
“Semua dosa diakhirkan balannya oleh Allah apa yang Ia kehendakisampai hari
kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Saesungguhnya Allah menyegerakan siksaan orang
yang durhaka kepada kedua orang tua di dunia” (HR Hakim).
“Tiga do’a yang selalu dikabulkan, yaitu do’anya orang yang teraniaya, do’anya
orang yang sedang bepergian, dan do’a (buruk) orang tua atas anaknya” (HR Tirmidzi).
Said Hawwa rahimahullah berkomentar dalam kitabnya,Jundul lah, “Kita
sekarang hidup dalam satu generasi yang mendurhakai bapak ibunya dan lebih
mendahulukan/mengutamakan berbuat baik pada teman dan isterinya. Ini adalah
sikap dan pemahaman yang terbalik. Seorang muslim adalah tuan bagi isterinya,
sedangkan orang tuanya adalah tuan baginya (seorang muslim) sehingga kedua
orang tua itu tuan bagi isterinya. Dengan demikian jika ia menjadikan kedua
orang tuanya harus mengikuti kehendak isterinya, maka ia telah memutar balik
ajaran agamanya. Demikian juga dengan temannya”.
Hak ibu untuk dihurmati lebih besar daripada ayah, karena ibu lebih berat
menanggung penderitaan sejak mengandung hingga mengasuh anaknya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits, ada seorang datang kepada Rasulullah saw.
lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakan manusia yang paling berhak saya
pergaulidengan baik?’ Belia amenjawab, ‘Ibumu’. Ia bertanya lagi, ‘Kemudian
siapa’. Belioau menjawab, ‘Ibumu’. Ia abertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Belioau
menjawab, ‘Ibumu’. Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian
bapakmu’ (HR Bukhari Muslim).
Dalam kisah disebutkan bahwa Al-Qomah menjelang wafatnya, lisannya
terkunci, tidak mampu melafalkan
laa ilaah illallah. Setelah diselidiki, ternyata
ibunya yang telah tua tidak meridlainya. Kemudian ketika ibunya berhasil dibujuk
dan memaafkan Al-Qomah, maka lancarlah ia mengucapkan
laa ilaaha illallah
dan akhirnya meninggal dunia dengan tenang.
Contoh lain durhaka terhadap orang tua adalah tidak mengajak
musyawarah dalam urusan rumah tangga, tidak mendahulukan mereka dalam
pemberian, menyia-nyiakan keduanya khususnya di masa tuanya, tidak mengikuti
keinginannya yang baik, selalu memprotes dengan keras, dll.
3.
Lari dari Medan Perang (Desersi)
Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang
sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang siapa
yang membelakangi mereka di waktu itu kecuali berbelok untuk siasat perang, atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, mak sesungguhnya ia kem,bali dengan
membawa kemurlkaan Allah, dan tempatnya adalah neraka jahanam dan amat buruklah
tempat kembalinya”(QS Al-Anfal/8:15-16).
Dari ayat di atas dapat diambil beberapa ibrah sebagai berikut:
1.
Seorang mu’min yang berjihad di jalan Allah wajib menanggung penderitaan
karena sebenarnya umur ada di tangan Allah.
2.
Lari dari medan tempur merupakan dosa besar karena dapat mendatangkan
bahaya bagi tentara Islam dan kaum muslimin. Rasulullah besabda, “Jauhilah
tujuh perkara yang menghancurkan...” yang salah satunya adalah lari dari medan
perang.
3.
Boleh lari dari medan perang jika merupakan strategi untuk mengecoh musuh,
bergabung dengan pasukan lain, dan dalam keadaan darurat.
4.
Pertolongan ada di tangan Allah, maka wajib bagi setiap mu’min untuk
bertawakkan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal.
1.
Persaksian Palsu
Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik. Allah berfirman, “Maka jauhilah oplehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta” (QS Al-Hajj/22:30).
Dan dalam hadits,
Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat, tidak akan bergeser kedua kaki
orang yang bersaksi palsu sehingga wajib baginya neraka” (HR Ibnu Majjah dan
Hakim).
Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar
sekaligus:
1.
Dosa menipu, Rasulullah bersabda, “Seorang mu’min bisa diberi watak apa saja
kecuali khiyanat dan dusta” (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).
2.
Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena
persaksian palsunya, sehingga ada seseorang yang diambil hartanya, direndahkan
martabatnya, dan dihilangkan nyawanya tanpa haq.
3.
Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan karena kesaksian palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka. Raulullah bersabda. “Barang siapa yang mendapatkan harta saudaranya tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia mengambilnya, karena aku memberikan
kepadanya sepotong api neraka’ (Muttafaq ‘alaih).
4.
Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik berupa
harta, harga diri maupun darah.
Maraji’
1.
Az-zahabi,A l - Kaba’ ir.
2.
Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ahkam.
3.
Fauzan,A t - tauh id.
4.
Said Hawwa,Jundul lah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar