Adanya Kerajaan Mataram Hindu Kuno diketahui dari prasasti Canggal  didekat reruntuhan candi diatas Bukit Gendol atau Bukit Wukir – Ngluwar,  Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Prasasti yang berangka tahun  654 çaka atau 6 Oktober 732 Masehi dengan huruf Palawa dan berbahasa  Sansekerta ini berisi tentang pendirian Lingga diatas bukit dalam  wilayah Kuñjarakuñja oleh raja Sanjaya. Selanjutnya banyak ditemukan  bukti-bukti dan prasasti yang menyebutkan keberadaan sejarah Kerajaan  Mataram. Namun, hanya satu inkripsi yang secara eksplisit berkata  tentang letusan Gunung Merapi yang disebut dalam prasasti Rukam.
Banyak para peneliti dan penulis tentang kerajaan-kerajaan Indonesia  percaya bahwa kerajaan hindu mataram kuno hancur atau hilang dari  peradaban kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia. Kehancuran tersebut  banyak diyakini akibat letusan dahsyat Gunung Merapi pada tahun 1006  Masehi yang bersifat eksplosif (Ledakan besar/Plinian) sehingga mampu  menghancurkan kerajaan Mataram Hindu Kuno. letusan tersebut juga mampu  melongsorkan tubuh Merapi sehingga sebagian tubuh Merapi tersebut  lengser dan membentuk perbukitan Gendol/gunung Gendol atau Bukit Wukir.  Sehingga mengubur candi-candi yang ada disekitar Merapi. Hal ini  dikemukakan oleh seorang Geologiwan ternama R. W. Van Bemmelen (1949).  Peristiwa tersebut diinterpretasikan sebagai Mahapralaya atau Pralaya  yang berarti ’Kehancuran Besar’ oleh Van Laberton Hinloopen dalam  menaksir pembacaan pada prasasti Rukam dan kitab Negara Kertagama.  Pendapat R. W. Van Bemmellen (1904-1983) mendasarkan pendapatnya pada  interpretasi Van Labertoon Hinloopen. Keadaan ini disebut oleh Van  Libertoon Hinloopen sebagai masa ”Wara-Wiri”, ”Die Götterdamerung” atau  ”The Twilight Of The Gods” sebelum muncul kerajaan Mataram Islam modern.
Dalam beberapa perdebatan terakhir mengenai sejarah keruntuhan kerajaan  Mataram Hindu Kuno, dimana beberapa teori yang mendasari akan kebenaran  dan relevansi seputar keruntuhan kerajaan mataram hindu kuno, kini telah  dapat dilakukan analisa mendalam. Mengenai kebenaran dan dasar yang  digunakan dalam teori keruntuhan kerajaan Mataram Hindu Kuno tersebut.  Penelitian yang dilakukan seputar pembahasan Arkeologi, Geologi (ilmu  bumi pengaruh terhadap tenaga dalam bumi), Statigrafi (ilmu perlapisan  endapan), Sedimentologi (ilmu bahan endapan) dan sebagainya.
Hasil penelitian tersebut menunujukkan teori tentang keruntuhan kerajaan  Mataram Hindu Kuno telah jauh dari kebenarannya. Bahwasanya, merapi  tidak pernah meletus secara eksplosif melainkan gunung Merapi mempunyai  tipe sendiri yang unik dan tidak pernah berubah hal ini dikarenakan  kondisi fisik gunung Merapi tersebut. Ciri letusan tersebut hingga kini  masih seperti yang dulu. Ciri letusannya adalah letusan terarah dan  guguran awan panas.
Tipe letusan Gunung Merapi merupakan tipe letusan yang unik, dimana  Gunung Merapi mempunyai ciri dan tipe letusan yang berbeda dari gunung  api lainnya. Tipe Plinian atau tipe eksplosive (letusan pyroksimal)  sebagai mana disebutkan oleh Van Bemmelen (1949) tidak terjadi pada  Gunung Merapi. Hal ini disebabkan viskositas atau tingkat kekentalan  lava Gunung Merapi yang tidak kental atau bersifat cair, sehingga  apabila terjadi letusan tidak akan mengakibatkan peledakan yang dahsyat,  melainkan yang biasa terjadi di Gunung Merapi adalah lelehan lava  dengan ditandai gumpalan asap raksasa (Wedus Gembel) dengan batuan pijar  yang meluncur ke bawah lereng. Hal ini didukung oleh morfologi Gunung  Merapi yang terus tumbuh pada kubah lavanya.
Dari hasil studi Statigrafi, didapat keterangan yang menunjuk beberapa  candi yang tersingkap disisi selatan terkubur material gunung api pada  abad ke – 6 (1440 tahun yang lalu), abad ke 8 – 9 (1175 tahun yang lalu)  dan abad ke 10 (1070 – 1060 tahun yang lalu), serta kebanyakan candi  terkubur oleh material gunung api pada abad ke 13 (740 – 640 tahun yang  lalu). Sedangkan sejarah letusan terdekat Pralaya 1006 Masehi adalah  material yang ditemukan berumur 940 – 990 Masehi (1070 – 1060 tahun yang  lalu), di sisi selatan dan pada abad ke 11-12 (980 tahun yang lalu)  disisi barat laut.
Candi Wukir yang ditemukan di atas Bukit Wukir atau Gunung Gendol di  kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memberikan fakta tentang Letusan Gunung  Merapi tahun 1006 Masehi. Pada candi ini ditemukan prasasti Canggal  yang diperkirakan didirikan pada tahun 732 Masehi. Prasasti Canggal  ditulis dalam bahasa Sansekerta berhuruf Pallawa yang isinya menyebutkan  tentang pendirian sebuah Lingga yang kaya akan padi dan emas. Gunung  Gendol pada awalnya diyakini terbentuk oleh longsoran material vulkanik  Gunung Merapi, sebagai akibat letusan kuat tahun 1006 Masehi. Dengan  ditemukannya Prasasti canggal di atas Gunung Gendol yang tertanggal 732  Masehi ini, menunjukkan bahwa Gunung Gendol telah terbentuk sebelum  letusan tersebut.
Mengenai ”Pralaya” atau ”Mahapralaya” yang artinya ”Kehancuran” atau  ”kehancuran besar” perlu dilakukan kajian tafsiran pada informasi yang  sejaman (Edi Sedyowati, 2006). Istilah itu sendiri disebutkan dalam  prasasti Pucangan (batu Calcuta) pada sisinya yang berbahasa Jawa kuno,  disebut bahwa Pralaya disebabkan oleh : ”Serangan raja wurawari yang  menyerang muncul dari Lwaram” dari kutipan yang berbunyi :
”…..Kalaning Pralaya ring yawadwipa i rikang 939 ri Pralaya haji  wurawari masõ mijil sangke lwaram, ekarnawa rupanikang sayadwipa rikang  kala, akweh sira wwang mahãwiśeŝa pjah…”
Angka tahun 939 sebagaimana disebut dalam kutipan prasasti tersebut  padanan tahunnya adalah 1017 Masehi. Peristiwa serangan haji wura wari  dari Lwaram tersebut terjadi pada tahun 939 çaka / 1017 Masehi bukan yag  selama ini banyak didskusikan terkait kejadian pada 1006 Masehi atau  1016 Masehi.
Berdasarkan analisis, Litologi Gunung Gendol dimasukkan ke dalam  kompleks Pegunungan Menoreh dan bukan Gunung Merapi. Kajian data  Statigrafis menunjukkan material gunung yang volumenya sangat besar,  sebagai akibat pelongsoran Gunung Merapi sampai kini tidak dijumpai  aktivitasnya selama ini.
Penemuan pendapat baru (Discovery) tentang perpindahan kerajaan Mataram  Jawa tengah ke Jawa Timur merupakan hal yang penting dilakukan. Sebab,  pendapat tersebut akan terus digunakan selama turun temurun. Bantahan  kajian yang dilakukan baru sampai pada proses ekskavasi candi dan  penelitian tentang vulkanologi Gunung Merapi.
Penyebab Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Hindu - Buddha
1. 1. Kerajaan Kutai
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Asmawarman naik tahta. Pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan  Kutai diperluas lagi.
2) Naik tahtanya Raja Mulawarman, yang dapat membuat rakyat hidup  tenteram dan sejahtera.
1. b. Penyebab Kemunduran
Belum ditemukan sumber sejarah yang menceritakan runtuhnya kerajaan  Kutai.
1. 2. Kerajaan Tarumanegara
1. a. Penyebab Kejayaan
Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali satu saluran air.  Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena merupakan  pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah  pertanian rakyat. Hasil pertanian tersebut memajukan perekonomian.
1. b. Penyebab Kemunduran
Serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan  Pajajaran.
1. 3. Kerajaan Sriwijaya
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur  pelayaran dan perdagangan internasional. Hal ini mendorong Kerajaan  Sriwiijaya untuk berkembang pesat sebagai negara maritim.
2) Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasa  Selat Malaka sehingga membawa keuntungan yang terbesar bagi Sriwijaya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan Kerajaan  Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai  negara maritim (sarwajala), yang selama abad ke-6 dipegang oleh Kerajaan  Funan.
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M. Ketika itu yang berkuasa  di Sriwijaya adalah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak  berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya.
2) Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintah oleh Raja  Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke  Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga  dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu  Rajendracoladewa.
3) Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara,  1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi),,  Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
4) Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya  kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia  perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam  memperluas kekuasaanya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di  Semenanjung Malaka.
5) Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam yang  mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya  semakin berkurang.
6) Dari daerah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan  Kerajaan Singasari yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara.
7) Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan  Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah  dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke kekuasaan raja-raja  sekitarnya.
8) Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah  Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya  menjadi taklukan Majapahit.
9) Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudera Pasai yang mengambil  alih posisi Sriwijaya.
1. 4. Kerajaan Mataram
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan
2) Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin  Pitu) guna mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang  dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke  pelabuhan itu.
3) Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari  oleh:
a) Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan  Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi  secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama  waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Wafatnya Raja Sanna sehingga kerajaan Mataram menjadi pecah dan  kebingungan.
2) Pernikahan Raja Pramodhawardhani dengan Rakai Pikatan yang beragama  Hindu yang kontroversial sehingga menimbulkan berbagai pemberontakan.
3) Serangan dari Raja Wurawari yang bekerja sama dengan Sriwijaya saat  Raja Airlangga berada di Jawa meminang putri Dharmawangsa.
1. 5. Kerajaan Kediri
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Naik tahtanya Jayabaya sebagai raja yang mempersatukan Kerajaan  Kediri dengan Kerajaan Jenggala.
2) Seni sastra yang berkembang pesat, yang disebabkan oleh:
a) Adanya pujangga-pujangga yang pandai
b) Adanya perlindungan terhadap para pujangga
c) Penghormatan kepada raja melalui hasil sastra
d) Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan kesusastraan
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Raja Kertajaya mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Sehingga Kaum  Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel untuk melawan  Kerajaan Kediri.
2) Pada tahun 1222 terjadi Perang Ganter antara Ken Arok dengan  Kertajaya (Raja Kediri saat itu). Ken Arok dengan bantuan para brahmana  berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter (Punjon, Malang). Dengan  demikian berakhirlah riwayat Kerajaan Kediri.
1. 6. Kerajaan Singasari
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Melaksanakan Politik dalam negeri untuk menstabilkan pemerintahan,  antara lain:
a) Memecat Mapatih Raganatha
b) Mengangkat Banyak Wide
c) Mengangkat Jayakatwang menjadi raja kecil di Kediri untuk menghidari  perselisihan Kertanegara dengan keturunan Raja Kediri
d) Mengambil Ardharaja, putra Jayakatwang, sebagai menantu.
e) Mengambil Raden Wijaya, cucu Mahisa Cempaka, sebagai menantu.
f) Memperkuat angkatan perang, baik prajurit darat maupun laut, lengkap  dengan segala persenjataannya.
g) Menumpas pemberontakan Bhayaraja tahun 1270 dan Mahesa Rangkah tahun  1280.
h) Mengangkat seorang kepala agama Buddha dan seorang brahmana untuk  mendampingi raja.
2) Melaksanakan Politik luar negeri antara lain
a) Stabilisasi daerah-daerah di Nusantara, dalam arti mempersatukan  seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singasari.
b) Mengurangi pengaruh dari dua kerajaan besar yang merupakan  lawan-lawan politik Singasari, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Cina Mongol.
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Memandang Cina Mongol sebagai saingan dengan menolak utusan Cina  Mongol dan mempermalukannya. Sehingga Cina-Mongol menyerang Singasari.
2) Ketika tentara Mongol hendak menyerang, pasukan Singasari disiagakan  dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan  sehingga pertahanan di ibu kota lemah.
3) Penyerangan pasukan Kediri yang kemudian berhasil menduduki istana  dan membunuh Kertanegara.
1. 7. Kerajaan Bali
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system  pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas.
2) Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan  putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan  Kerajaan Bali semakin kuat.
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit,  sesampainya di Majapahit Kebo Iwa dibunuh.
2) Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan  perundingan di Bali, lalu ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra  sehingga kerajaan Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit.
1. 8. Kerajaan Majapahit
1. a. Penyebab Kejayaan
1) Letak Majapahit secara geografis sangat baik, yaitu di tengah-tengah  jalur perdagangan internasional antara Maluku dan Malaka, sehingga lebih  mudah berperan, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi.
2) Pusat kerajaan di tepi sungai besar, yaitu di tempat terpecahnya  Sungai Brantas menjadi Kali Porong dan Kali Mas, serta mudah dilayari  sehingga hubungan dengan daerah luar sangat mudah.
3) Tanahnya subur dan banyak mengahasilkan buah-buahan, serta hasil  peratanian yang sebagian untuk komoditas ekspor.
4) Munculnya tokoh negarawan yang cakap, contohnya Raden Wijaya.
5) Tidak adanya saingan kerajaan di Nusantara ketika Kerajaan Majapahit  mulai berkembang.
6) Tidak ada kerajaan besar di luar Indonesia yang dapat menjadi  perintang bagi Majapahit. Kerajaan Colamandala di India dan Kerajaan  Mongol di Cina terpecah belah setelah pemimpin besarnya meninggal.
1. b. Penyebab Kemunduran
1) Pemberontakan Ranggalawe sekitar awal abad 13.
2) Diangkatnya Kalagemet sebagai raja. Kalagemet bukanlah raja yang  cakap. Sebagian waktunya hanya digunakan untuk bersenang-senang dengan  selir-selirnya di Istana Kapopongan.
3) Pengaruh dari Mahapati pada Kalagemet. Mahapati adalah seorang  pejabat tinggi yang ambisius. Akibatnya muncul beberapa pemberontakan.
4) Peristiwa Sunda yang terjadi 1351 M. Peristiwa itu berawal dari usaha  Raja Hayam Wuruk untuk meminang putrid dari Pajajaran. Lalu, timbul  perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan laskar Pajajaran yang  mengakibatkan pertempuran.
5) Peristiwa Bubat yang menggagalkan politik Gajah Mada, karena dengan  adanya peristiwa Bubat, kerajaan Pajajaran tidak menjadi wilayah  Majapahit. Bahkan kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah  dari Majapahit.
6) Tidak adanya pengganti Gajah Mada. Tidak ada kaderisasi.
7) Gajah Mada sebagi Patih Amangkubumi memegang segala jabatan yang  penting, ia tidak memberi kesempatan generasi penerus untuk tampil,  sehingga setelah meninggalnya Gajah Mada tidak ada penggantinya yang  cakap dan berpengalaman.
8) Perang saudara yang dikenal sebagi Perang Paregreg antara  Wikramawardhana dengan Wirabhumi. Perang saudara ini melemahkan  kekuasaan Majapahit sehingga banyak wilayah kekuasaannya yang melepaskan  diri.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar